Just Take What You Need, For Free...

Showing posts with label Wirausaha. Show all posts
Showing posts with label Wirausaha. Show all posts

Urusan Layanan Warnet

Apalagi, kalau market leader-nya tidak bertanggung jawab atas masa depan koran itu sendiri. Misalnya, membanting harga habis-habisan, berharap bisa mendongkrak omzet sesaat. Padahal, di bisnis model apa pun, banting harga itu selalu bersifat short term, berbahaya untuk masa depan.

Ketika market leader membanting harga, dia bukan hanya menggali lubang untuk diri sendiri. Dia juga menggali lubang untuk industrinya. Wong pedagang kaki lima saja sekarang tidak perang harga kok!


Itulah secuil kutipan dari Azrul Ananda, redaktur Jawapos dalam kolomnya hari Rabu, 1 Juli 2009. Senyum kecut langsung kulemparkan ketika membacanya.
Yah, pengalaman pribadi dalam mengelola warnet sedikit banyak miriplah dengan kenyataan itu. Bulan lalu ada Warnet baru dalam radius 1 Km, bukan masalah sih, rejeki udah ada yang atur, kata orang tua kita begitu.

Namun Ketika melihat bahwa dia pasang tarif perjamnya hanya 65% dari tarif warnetku, sontak warnetku sepi. Dalam masa booming warnet seperti tahun ini (di daerahku) isu harga sangat mempengaruhi antusiasme pelanggan. Sejauh ini aku masih menganggap bahwa tarif yang kuterapkan merupakan titik jenuh dari tarif yang berlaku umum di dunia bisnis layanan dunia maya ini.

Akankah perhitunganku salah, misalnya ternyata titik jenuh tarif warnet sebenarnya masih di bawah tarifku. Atau aku harus tersenyum sinis saja dan melihat dari jauh ketika perhitunganku benar (dan kutipan Azrul Ananda tadi benar)

Sejauh ini sih, warnetku masih bertahan, aku masih berusaha meningkatkan layanan warnet ini. Mulai dari optimalisasi Proxy Cache Server, Pelayanan dari Operator yang ramah dan bisa mengakomodasi hampir semua kebutuhan pelanggan, sampai dengan memberikan kejutan-kejutan kecil terhadap pelanggan setia dengan pemberian voucher layanan misalnya.
Yah, semoga bisnis ini masih akan terus bertahan, kalaupun harus berubah mengikuti zaman, ya berubahlah, wong segalanya juga akan selalu berubah. Bravo perubahan!!

(btw, setelah alpha itu bravo apa beta yah?)

Read More......

Mohon Maaf kalo posting kali ini salin-tempel:-), soalnya saya betul2 tertarik dengan konsep apapun yang berkaitan dengan kewirausahaan.

[ Minggu, 01 Maret 2009 ]
Gaya Ir Ciputra Menularkan Spirit Entrepreneurship (1)
Kejar Singapura, Kirim Dosen ke Kansas City

Ada yang melihat namun tidak berpikir. Ada yang berpikir namun tidak mengerti. Ada yang mengerti namun tidak berkesan. Ada yang berkesan namun tidak beraksi. Ada yang beraksi namun tidak berentrepreneur. Ada yang berentrepreneur namun tidak berhasil. Entrepreneur sejati gagal 10 kali namun bangkit 11 kali.

DON KARDONO, Jakarta

Itulah mutiara kata dari Ir Ciputra. Legenda properti Indonesia yang 24 Agustus 2009 nanti genap berusia 78 tahun. Opung sembilan cucu dari empat anaknya itu sedang getol berkampanye. Bukan untuk mengejar jabatan RI 1 tentu. Bukan pula untuk mengincar kursi gubernur DKI di pilgub mendatang. Tetapi, untuk menyebarkan virus bernama kewirausahaan, yang acap diistilahkan dengan jiwa entrepreneurship.

Spirit yang tidak bisa diajarkan hanya melalui mata kuliah. Juga tidak bisa dipelajari dari buku-buku kisah sukses berikut kiat-kiatnya. Ilmu ini sama dengan jurnalistik, hanya bisa ditularkan. Itu pun, tidak semua orang bisa menerimanya dengan maksimal, jika tidak menjiwai secara penuh.

Sudah lama Pak Ci -begitu sapaan akrabnya- gelisah dengan situasi sosial bangsa ini. Ada lingkaran setan: pengangguran-kemiskinan-bencana. Berawal dari pengangguran, yang akan bermuara ke kemiskinan, dan itu akan melahirkan begitu banyak bencana nasional. Bukan hal sulit untuk menemukan relasi antara kemiskinan dan terorisme, women trafficking, banjir, global warming, kriminalitas, dan hukum.

Setiap tahun perguruan tinggi menghasilkan 300.000 lebih sarjana. Namun, itu hanya menambah stres pemerintah, orang tua, dan sang sarjana itu sendiri. Daya serap lapangan kerja jauh di bawah supply dari mesin produksi perguruan tinggi. Seperti 2007, oversupply itu mencapai 740.000 lulusan, yang otomatis menjadi penganggur baru. Angka itu cenderung naik pesat dari waktu ke waktu. Dalam kurun enam bulan, dari Agustus 2006-Februari 2007 saja, penganggur strata satu naik 66.578 orang, atau 9,8 persen. Dalam setahun, bisa jadi 20 persen.

Pak Ci mengungkapkan kegalauan itu kepada INDOPOS (Jawa Pos Group) di kediamannya di Bukit Golf Utama Kav III PA, Pondok Indah, Jakarta. Saat itu, juga ada lima dosen Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) yang akan dikirim ke Kansas City Amerika Serikat.

Rintisan Ciputra itu tumbuh menjadi perusahaan properti swasta terbesar di Indonesia. Melalui bendera Jaya Group, Metropolitan Group, Ciputra Group membuktikan diri sebagai perusahaan raksasa yang paling eksis, dengan 14.000 karyawan lebih. Saat inilah dia merasa perlu membagi ilmu, untuk berlari bersama, mengejar ketertinggalan dengan negara lain. "Saya sudah 77 tahun. Mungkin Tuhan kirim saya untuk membangun dunia pendidikan dan diisi mental entrepreneur di negeri ini. Karena itu, saya ingin menjadi Yusuf, melalui CSR (corporate social responsibility)," akunya.

Pak Ci tidak sedang pameran. Apalagi, memamerkan kesuksesannya untuk sekadar cerita. Pria berkacamata yang sangat santun ini ingin mengawali cerita kewirausahaan hingga sukses menjadi salah satu konglomerat ternama saat ini. Itu semua tidak datang secara tiba-tiba. Tidak seperti mendapat durian runtuh, tetapi melalui jalan panjang, berliku, penuh onak dan duri. Banyak tantangan, problematika, sejarah pahit, dan kisah-kisah heroik yang dipaparkan di hadapan calon-calon guru wirausaha itu. "Semua itu jawabannya adalah spirit entrepreneurship! Dengan wirausaha, Anda dapat mengubah masa depan Anda dan bangsa Anda!" tuturnya.

Dia merasa iri dengan Singapura. Negeri kecil itu sejak 50 tahun lalu, luas wilayahnya sama dengan sekarang ini. Tetapi, income per kapita, kualitas hidup warga, dan pengaruhnya di dunia perdagangan dunia jauh lebih besar daripada Indonesia. Dulu, mengawalinya, jika dipotret, sama dengan Jakarta. Punya problem transportasi, problem sekolah, dll. "Tetapi, dengan entrepreneurship, mereka bisa jauh lebih maju dari kita? Padahal, sumber daya alam kita luar biasa. Kita punya segalanya. Singapura nggak ada apa-apanya." ujarnya

Lima dosen muda yang akan disekolahkan ke AS itu adalah Trianggoro Wiradinata ST MEngSc, Astrid Kusumowidagdo ST, MM, Johan Hasan Skom, MFils, dan Lenny Gunawan MBus (acc). Mereka dari Universitas Ciputra. Mereka berasal dari Departemen Informasi & Teknologi, Desain Interior, Bisnis dan Entrepreneurship & Etika. Satu lagi dari Universitas Tarumanagara Jakarta, Dr Chairy, dari Departemen Pengembangan Entrepreneurship.(bersambung)

Read More......

Baba Rafi


Awal tahun 2008 yang lalu saya mengikuti seminar kewirausahaan di Balai Pemuda Surabaya yang salah satu nara sumbernya adalah mas Hendy Setiono sang pemilik Franchise Kebab Turki Baba Rafi (KTBR). Kesan pertama sampai akhir, saya sangat terkesan dengan uraian tentang usahanya.

Di usia yang relatif muda (sangat muda malah, kelahiran 30 maret 1983), dia sudah memliliki lebih dari 200 outlet KTBR, ck ck ck. Terlebih lagi, usaha ini tidak dia peroleh dari warisan oang tua tapi murni dia mulai dari keinginan pribadinya. Memang sih, awalnya dia mengenal kebab dari kunjungannya ke Qatar untuk menjenguk orang tuanya yang sedang bekerja di sana. Lebih lanjut akunya, memang mas Hendy hobi makan.

Dari dua paragraf di atas saja saya merasa cukup malu untuk mengakui bahwa saya telah "cukup" atau paling tidak sudah "agak" terlambat kalau tidak dibilang menyia-nyiakan kesempatan yang saya miliki. Beberapa yang skeptis mungkin berujar, "lha emang pernah dari sono (Qatar) sih". Mas Hendy mungkin beruntung mendapatkan inspirasi dari sana. Namun apakah inspirasi itu hanya bisa diperoleh dari luar negeri saja? Berapa juta orang yang telah bepergian jauh tanpa memperoleh inspirasi?
Kita semua telah diberi kesempatan untuk mencoba sesuatu yang bermanfaat, tinggal kita telah mengambil kesempatan itu atau malah tidak tahu kalau kesempatan itu telah lewat.

"Dia kan hobi makan". Lha kamu punya hobi apa loh? Banyak pula orang yang tidak menyadari kalau hobi bisa menjadi investasi. Hobi mengarangkah? Hobi merangkai bungakah? Meremehkan hal tersebut sama juga dengan meremehkan kesempatan yang diberikan Tuhan.

Untung saja, walau dengan sedikit keterlambatan dan kenekadan penuh, saya sendiri telah merintis usaha yang notabene bukan warisan dan berbasis hobi. Istilah bukan warisan ini sedikit banyak akan menyebabkan kondisi semangat yang berbeda pada usaha yang kita jalani. Semangat untuk memulai sesuatu yang baru tentu lebih menggebu dari pada meneruskan yang telah ada. Selain itu juga usaha nonwarisan kan menggunakan modal yang lebih besar, ya akhirnya rasa takut kehilangan juga semakin besar.

Hobi makan ya jualan makanan. Sebenarnya tidak harus demikian. Banyak peluang walaupun kita "hanya" hobi makan. Hobi akan membuat kita konsisten dan selalu fully charged dalam menjalankan usaha kita itu.

Nah, kapan kita mulai usaha kita?

Read More......